Manusia ketika dilahirkan ke
dunia di elu-elukan oleh orang banyak. Didoakan menjadi yang baik-baik. Seiring
berjalanya waktu anak tersebut akan menjadi dewasa, mendapati keadaan yang
mungkin tidak sama dengan keinginan dan harapan orang tua. Sedih? Mungkin iya
mungkin juga tidak.
Setiap keadaan yang terjadi
kepada manusia adalah skenario yang Allah SWT jalankan kepada hambaNya. Tidak ada
yang mampu mengusik kehendakNya. Bahkan dengan kegigihan usaha yang kita
lakukan, kekhusyukan doa yang kita panjatkan jika Dia tidak berkehendak maka
sia-sialah. Manusia hanya bisa menerima dan berprasangka baik bahwa segala
sesuatu yang Allah SWT tetapkan kepada manusia adalah yang terbaik menurutNya,
bukan menurut kita. Sebetapa besar marahnya kita, bencinya kita akan nasib yang
kita terima tidak akan merubah ketetapanNya.
Jika nasib kita baik maka
bahagialah kita di dunia, mungkin juga akan bahagia di akhirat. Jika nasib kita
buruk, maka bahagialah kita di akhirat. Bisa jadi di akhirat pun akan bernasib
sama yaitu buru. Baik dan buruknya nasib kita tergantung bagaimana perasaan
kita kepadaNya.
Bukankah semua sudah di nas kan
dalam kitabNya? Kita membacanya? Kita mempelajarinya? Bisa iya bisa tidak. Mungkin
kita hanya sekedar membaca tanpa memahami makna dan esensi dari yang kita baca.
Membaca dan mengajarkan itu baik, tetapi lebih baik lagi jika kita mampu
mengamalkan apa yang kita pelajari dan kita ajarkan.
Entahlah. Manusia sejatinya hanya
bisa berharap dan berdoa apa yang diharapkan dan diinginkan bisa terkabul dan
terlaksana. Tetapi semua itu hanya Dia yang berkuasa. Kita hanya hambaNya dan
setiap hamba seharusnya mengikuti Rajanya.